Setiap negara di dunia mengalami permasalahan gizi 2, 2?lita di dunia (150, 8 juta) stunting, 7, 5% (50, 5 juta) mengalami wasting serta 5, 6% (38, 3 juta) overweight (Sumber: Global Nutrition Report, 2018).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple ganda permasalahan gizi, Obesitas penduduk usia 18 Tahun keatas pada tahun 2013 sebesar 14, 8?n pada tahun 2018 sebesar 21, 8% (Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018)
Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia terlihat 95, 5% penduduk Indonesia usia lebih dari 5 Tahun kurang konsumsi sayur dan buah (Sumber: Riskesdas, 2018).Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh padi-padian, konsumsi bahan pangan hewani sayuran dan buah masih rendah (Sumber: Kementerian Pertanian 2017).
Stunting adalah keadaan dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur sebayanya
Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO.
Baca juga:
Vaksin Booster Itu Penting, Apa Alasannya?
|
Kekurangan gizi tidak saja membuat stunting, tetapi juga menghambat kecerdasan, memicu penyakit, dan menurunkan produktivitas
Berdasarkan Perpres No. 72 tahun 2021 strategi percepatan penurunan stunting yaitu; menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi.
Indikator strategi nasional untuk Pemerintah daerah kabupaten/Kota;
Kelompok sasaran:
Calon pengantin/remaja/PUS ;
1. Persentase remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia (hemoglobin)
2. Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
3. Persentase calon pengantin/calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD)
4. Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan nikah
5. Cakupan calon PUS yang menerima pendampingan kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pra-nikah
6. Pasangan calon pengantin yang mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting
7. Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan tunai bersyarat
8. Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima bantuan pangan non-tunai
9. Cakupan PUS dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang menerima Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Ibu hamil
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang menerima tambahan asupan giziPersentase ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Ibu masa interval
Persentase pelayanan keluarga berencana pasca melahirkanPersentase unmet need pelayanan keluarga berencana
Balita (0-59 bulan)
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu (ASI) eksklusifPersentase anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)Persentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan tata laksana gizi burukAnak berusia di bawah lima tahun (balita) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannyaPersentase anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang yang mendapat tambahan asupan gizi Persentase balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap
Keluarga
Persentase keluarga yang stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)Persentase keluarga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Persentase Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan promosi peningkatan konsumsi ikan dalam negeriPersentase Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pascapersalinanCakupan Keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampinganPersentase Keluarga berisiko stunting yang mendapatkan manfaat sumber daya pekarangan untuk peningkatan asupan giziRumah tangga yang mendapatkan akses air minum layakRumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah domestik) layakKelompok Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang mengikuti Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dengan modul kesehatan dan giziKeluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta yang menerima variasi bantuan pangan selain beras dan telur
1000 Hari pertama kehidupan adalah masa sejak anak dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun, merupakan periode emas, pada periode emas pertumbuhan otak yang sangat pesat yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna, kekurangan gizi pada periode emas tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Jika anak kurang gizi anak tidak cerdas karena pertumbuhan otak terhambat, anak berpotensi menjadi pendek(stunting) karena pertumbuhan jasmani terhambat, anak menjadi lemah dan mudah sakit, serta anak akan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah.
Pada 1000 HPK mulai dari 9 bulan dalam kehamilan asupan asam folat, tablet besi dan calsium serta ante natal care (ANC) . serta mulai dari bayi baru lahir sampai usia 2 tahun diberikan mulai dari Inisiasi menyusui dini(IMD), ASI ekslusif, MP-ASI, Imunisasi serta pemberian vitamin A.
Stunting merupakan masalah gizi intergenerasi dimana kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kualitas kehidupan sebelumnya, calon ibu stunting berpotensi melahirkan bayi stunting termasuk calon ibu KEK yang tidak mengubah pola makannya saat hamil, begitu juga faktor sosial budaya yang diturunkan antar gen erasi;kemiskinan, kurangnya akses pada kebutuhan dasar, ketidakmampuan menyediakan pangan bergizi bagi keluarga, serta kondisi lingkungan yg
tidak mendukung, membuat masalah ini sulit diintervensi & terus berlanjut.
Tantangan pola konsumsi untuk pencegahan stunting meliputi perilaku konsumsi kurang gizi makro, kurang protein hewani, kurang sayur dan buah, kurang gizi mikro, praktek IMD, ASI Eksklusif 6 bulan, dan MPASI
Hidangan sehari-hari penduduk Indonesia terbesar dari konsumsi serealia (257, 7 gram/orang/hari), diikuti kelompok ikan (78, 4 gram/orang/hari), kelompok sayur dan olahan (57, 1 gram/orang/hari), kacang dan olahan (56, 7 gram/orang/hari), daging dan olahan (42, 8 gram/orang/hari) dan kelompok umbi (27, 1 gram/orang/hari). Kelompok bahan makanan lainnya dikonsumsi lebih sedikit, termasuk susu bubuk dan susu cair.
Pola makan adalah kebiasaan makan seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh instrinsik - fisiologis, psikologis, dan ekstrinsik – lingkungan alam (kebiasaan makan pada umumna, pangan lokal), budaya, agama, dan dan lingkungan sosial.
Selain itu upaya pencegahan stunting terkait Higienis lingkungan rumah tangga;
Data dari WHO 2012 infeksi diare mengancam kehidupan 1, 87 juta anak balita setiap tahun di seluruh dunia. Untuk Indonesia, WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 31.200 balita meninggal karena diare. Artinya, lebih dari 31.000 anak di Indonesia tidak dapat merayakan ulang tahun yang ke-5.
Dengan demikian, adalah mandatori untuk memasukkan faktor kontekstual kedalam program perubahan perilaku untuk pencegahan stunting: air bersih, jernih, tidak berasa, tidak berbau; jamban leher angsa, berpintu, berdinding kuat, dan beratap; dengan tangki septik tidak bocor, dikuras terjadwal, jarak minimal 10 meter dari sumber air; rumah sehat, cukup ventilasi dan cahaya alami, ada tempat penyimpanan makanan yang tertutup; ada sistem drainase rumah tangga sehingga air limbah rumah tangga tidak mengalir ke permukaaan tanah.
10 KUNCI SUKSES
“ANAKKU SEHAT BANGSAKU KUAT ;
Calon ibu merencanakan kapan keluarga, mengkonsumsi pangan bergizi seimbang dan aman, lingkar lengan atas tidak kurang dari 23, 5 cm.Calon ibu secara rutin minum tablet besi dan asam folat tanpa absen, mempersiapkan “SUKSES ASI” dengan mengikuti kelas ibu hamil.Pemeriksaan kehamilan dan konseling di fasilitas kesehatan dilakukan sesuai jadwal.Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan dan langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berkualitas.Ibu memberikan ASI Eksklusif enam bulan penuh, dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada saat bayi tepat berusia enam bulan dengan menu makanan bervariasi.Melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, Ukur, Timbang, memberikan imunisasi dan vitamin sesuai jadwal.Ibu rajin bercerita dan bercanda dengan bayi sejak baru lahir sampai remaja.Mengkonsumsi air minum yang sehat, aman, dan bebas dari cemaran.Menggunakan jamban dan tangki septik yang aman sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan pengurasan tangki septik terjadwal.Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air yang mengalir di lima waktu penting (sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sesudah BAB, sesudah memegang binatang).